TANTANGAN DALAM IMPLEMENTASI
WAWASAN NUSANTARA DAN ARAH PANDANG TERHADAP NEGARA INDONESIA
Arah pandang terhadap
wawasan nusantara Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu arah pandang ke dalam
dan arah pandang ke luar. Arah pandang ke dalam berarti bahwa bangsa Indonesia
harus berusaha menjaga persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan sedangkan arah
pandang ke luar mengandung arti bahwa bangsa Indonesia dalam pergaulan
internasional harus selalu mengimbangi dengan kepentingan nasional di semua
aspek kehidupan negara.
Dalam buku john
naisbit yaitu Global Paradox beliau menulis “To be a
global powers, the company must give more role to the smallest part” memberikan
pesan bahwa negara harus dapat memberikan peranan sebesar-besarnya kepada
rakyatnya. Dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai tujuan
nasional hanya dapat dilaksanakan oleh negara-negara yang sudah maju dengan
“Bottom Up Planning”, sedang untuk negara-negara berkembang seperti Negara
Kesatuan Republik Indonesia masih melaksanakan program “Top Down Planning”,
mengingat keterbatasan sumber daya alam, sehingga diperlukan landasan operasional
berupa GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara).
adapun konsisi
nasional yaitu Pembangunan Nasional secara menyeluruh belum merata, sehingga
masih ada beberapa daerah tertinggal pembangunannya yang mengakibatkan
keterbelakangan dalam aspek kehidupannya. Kondisi tersebut menimbulkan
kemiskinan dan kesenjangan sosial di masyarakat, apabila kondisi ini
berlarut-larut masyarakat di beberapa daerah tertinggal akan berubah pola
pikir, pola sikap dan pola tindak, mengingat masyarakat sudah tidak berdaya
dalam aspek kehidupannya.
Hal
ini merupakan ancaman bagi tetap tegak dan utuhnya NKRI. Dikaitkan dengan
pemberdayaan masyarakat maka diperlukan prioritas utama pembangunan daerah
tertinggal, agar masyarakat dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam
pembangunan diseluruh aspek kehidupan, yang di dalam pelaksanaannya diatur
dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah.
Perkembangan global
saat ini sangat maju dengan pesat, didukung dengan perkembangan IPTEK yang
sangat modern khususnya di bidang teknologi informasi, komunikasi dan
transportasi seakan akan dunia sudah menyatu menjadi kampung sedunia, dunia
menjadi transparan tanpa mengenal batas negara, sehingga dunia menjadi tanpa
batas. Kondisi yang demikian membawa dampak kehidupan seluruh aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dapat mempengaruhi pola pikir, pola
sikap dan pola tindak seluruh masyarakat Indonesia di dalam aspek kehidupannya.
Keterbatasan kualitas SDM Indonesia dibidang IPTEK merupakan tantangan serius
menghadapi gempuran global, mengingat penguasaan IPTEK merupakan nilai tambah
untuk berdaya saing di percaturan global.
Bangsa Indonesia
melihat bahwa hak tidak terlepas dari kewajiban, maka manusia Indonesia baik
sebagai warga negara maupun sebagai warga masyarakat, mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat
dipisahkan, karena merupakan satu kesatuan tiap hak mengandung kewajianban dan
demikian sebaliknya, kedua-duanya merupakan dua sisi dari mata uang yang sama.
Negara kepulauan Indonesia di dasarkan atas paham negara kesatuan, menempatkan
kewajian di muka sehingga kepentingan umum atau masyarakat, bangsa dan negara
harus didahulukan dari kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tokoh yang
menuliskan sebuah buku yaitu sloan and zureker dan lester thurow. Menurut beliau
dalam kapitalisme. Dalam bukunya “Dictionary Of
Economics”, menyebutkan tentang kapitalisme adalah suatu
sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang
dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk
berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri
berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba guna diri sendiri. Di
era baru kapitalisme bahwa sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan
melakukan aktivitas-aktivitas secara luasdan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat, sehingga di dalam sistem ekonomi diperlukan strategi baru yaitu
adanya keseimbangan. Di dalam bukunya “The Future Of
Capitalism”, ditegaskan antara lain bahwa untuk dapat
bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu
keseimbangan (balance) antara paham individu dan paham sosialis. Dikaitkan
dengan era baru kapitalisme tidak terlepas dari globalisasi, maka negara-negara
kapitalis yaitu negara-negara maju dalam rangka mempertahankan eksistensinya
dibidang ekonomi menekan negara-negara berkembang dengan menggunakan isu global
yang mencakup demikratisasi, HAM (Hak Asasi Manusia) dan lingkungan hidup.
Strategi baru yang ditegaskan oleh Lester Thurow pada dasarnya telah tertuang
dalam falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila yang mengamanatkan keharmonisan
kehidupan yang serasi,selaras dan seimbang antara individu, masyarakat, bangsa,
manusia dan dalam semesta serta penciptanya.
Pada
waktu merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menunjukkan kesadaran
bela negara yang optimal, dimana seluruh rakyat bersatu padu berjuang tanpa
mengenal perbedaan, tanpa pamrih dan tidak mengenal menyerah yang ditunjukkan
dalam jiwa heroisme dan patriotisme karena senasib sepenanggungan dan setia
kawan melalui perjuangan fisik mengusir penjajah untuk merdeka. Di dalam mengisi
kemerdekaan perjuangan yang dihadapi adalah perjuangan non fisik yang mencakup
seluruh aspek kehidupan, khusunya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan,
kesenjangan sosial, memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme, mengusai IPTEK,
meningkatkan kualitas SDM guna memiliki daya saing /kompetitif, transparan dan
memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Didalam perjuangan non
fisik secara nyata kesadaran bela negara mengalami penurunan yang sangat tajam
bila dibandingkan dengan perjuangan fisik, hal ini dapat ditinjau dari
kurangnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan adanya beberapa daerah yang
ingin memisahkan diri dari NKRI, sehingga mengarah ke disintegrasi bangsa. Dalam penyelengaraan kehidupan nasional agar
tetap mengarah pada pencapaian tujuan nasional diperlukan suatu landasan dan
pedoman yang kokoh berupa konsepsi wawasan nasional. Wawasan nasional Indonesia
menumbuhkan dorongan dan rangsangan untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta
kepentingan dan tujuan nasional. Dalam proses pembangunan nasional untuk
mencapai tujuan nasional selalu akan menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Untuk
mengatasi hal tersebut perlu dibangun suatu ondisi kehidupan nasional akan
meningkatkan kondisi dinamika keidupan nasional dalam wujud ketahanan nasional
yang tangguh.
Suatu teori yang baik akan lebih bermanfaat dan berharga jika
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan wawasan nusantara
yang perlu diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa & bernegara guna
menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.
Semakin besar suatu
pohon, semakin kencang pula angin yang menderanya. Begitu juga dengan kehidupan
suatu bangsa, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar pasti akan mendapatkan
tantangan dalam mewujudkan cita-citanya dan hal ini berbanding lurus dengan
wawasan nusantara. Pengimplikasian wasantara mendapatkan berbagai tantangan
dalam beragam aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, sosial, budaya,
pertahanan & keamanan. Tantangan yang kompleks tersebut dapat dipecahkan
dengan semangat kegotongroyongan semua lapisan masyarakat Indonesia yang
diwarnai kerja sama, toleransi, saling menghargai serta menyadari
kedudukan hak & kewajiban sebagai warga negara.
REFERENSI :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar